“ Kesadaran mensyukuri musibah"
_ kisah Raja dan Pengawalnya _
Di
sebuah kerajaan, sang raja memiliki kegemaran berburu.
Suatu
hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.
Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari
kelingking raja terpotong oleh pisau
yang sangat tajam.
Raja bersedih dan meminta pendapat dari
seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata
manis, tapi raja tetap sedih.
Karena
tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya
penasehat itu berkata: "Baginda, apa pun yang terjadi patut
disyukuri".
Mendengar ucapan penasehatnya
itu sang raja langsung marah besar : "Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi
malah disuruh bersyukur...!"
Lalu raja memerintahkan
pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan memasukkannya
kedalam penjara.
Hari terus berganti.
Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu.
Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru, berburu ke hutan yang jauh
dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehat barunya
tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh
orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan
korban persembahan kepada para dewa.
Sebelum dijadikan persembahan
kepada para dewa, raja dan penasehat barunya dimandikan. Saat giliran raja yang
dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang
diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.
Akhirnya, raja ditendang dan
dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barunya
yang dijadikan persembahan kepada para dewa.
Dengan susah payah, akhirnya
raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya di istana, raja
langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara
segera dibebaskan.
"Penasehatku, aku
berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita
patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini
aku bisa pulang dengan selamat. . . . "
Kemudian, raja menceritakan
kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.
Setelah mendengar cerita sang
raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata:
"Terima kasih baginda.
Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika saya
tidak dipenjara, maka bukan penasehat yang baru itu yang akan jadi korban,
melainkan saya yang bakal diajak baginda ikut berburu dan sayalah yang akan
menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif. Sekali
lagi terima kasih baginda telah memenjarakan saya, sehingga saya tetap selamat
saat ini."
----------------
Cerita ini mengajarkan suatu
nilai yang sangat mendasar, yaitu apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut
bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.
Dalam proses kehidupan ini,
memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita
di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan,
fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.
Manusia dengan segala
kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha
mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya,
tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan
keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan
Yang Maha Kuasa dengan segala misterinya.
Sebagai makhluk berakal budi,
wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.
Tetapi jika marabahaya datang
dan kita tidak mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang
besar untuk menerimanya. Dengan
demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak,
kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.
Sungguh, bisa bersyukur dalam
keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.
Maka saya sangat setuju
dengan kata bijak yang mengatakan
KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN
SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.